Sabtu, 17 Juli 2010

FILSAFAT PENDIDIKAN

CATATAN KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMI

Secara etimologi, istilah “filsafat” dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata philosophy (Inggris), falsafah (Arab), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis) yang bersumber dari istilah Yunani philosophia. Sedangkan dalam bahasa Yunani, philosophia dan philosophos merupakan kata majemuk yang terdiri atas philo dan Sophia atau philo dan sophos; philo artinya cinta dalam arti yang luas yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan itu; Sophia atau sophos artinya kebijakan atau kebijaksanaan, pengetahuan tertinggi dan hikmah yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Dari uraian istilah di atas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak.

Secara epistimologi filsafat dapat diartikan dengan berbagai macam pengertian, karena sesuai dengan perkembangan pengertian filsafat itu sendiri. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat diambil definisi:
  1. Sifat seseorang yang berusaha menjadi orang yang bijak atau sifat orang yang ingin atau cinta kebijakan. Artinya kerja seseorang yang berusaha menjadi orang yang bijak atau bisa diartikan dengan reflectif thinking yaitu sebagai aktifitas pikir murni, atau kegiatan pikir manusia dalam usaha mengerti secara mendalam segala sesuatu. Ia merupakan daya atau kemampuan berfikir yang tertinggi dari manusia dalam usaha memahami kesemestaan.
  2. Latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual (intellectual curiosity), dengan menjawab pertanyaan yang tinggi (ultimate), yaitu pertanyaan yang belum memuaskan dan tidak dapat dijawab oleh sains.
  3. Produk kegiatan berpikir murni dan ia sudah berbentuk dalam suatu disiplin ilmu. Artinya sejenis pengetahuan yang mencari sebab segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauhmana yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Setidaknya ada tiga karakteristik berpikir filsafat yakni:
  1. Sifat menyeluruh: seseorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin tahu hakikat ilmu dari sudut pandang lain, kaitannya dengan moralitas, serta ingin yakin apakah ilmu ini akan membawa kebahagian dirinya. Hal ini akan membuat ilmuwan tidak merasa sombong dan paling hebat. Di atas langit masih ada langit. contoh: Socrates menyatakan dia tidak tahu apa-apa.
  2. Sifat mendasar: yaitu sifat yang tidak saja begitu percaya bahwa ilmu itu benar. Mengapa ilmu itu benar? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu benar sendiri itu apa? Seperti sebuah pertanyaan yang melingkar yang harus dimulai dengan menentukan titik yang benar.
  3. Spekulatif: dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran yang sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Sehingga dapat dipisahkan mana yang logis atau tidak.
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar, yaitu :
  1. Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu); berupa pengetahuan tentang hahikat segala sesuatu;
  2. Epistimologi, membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat itu;
  3. Aksiologi membicarakan kegunaan pengetahuan filsafat.
Epistimologi filsafat membicarakan 3 (tiga) hal, pertama objek filsafat yaitu semua yang ada dan mungkin ada serta objek forma yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat. Kedua cara memperoleh pengetahuan filsafat, yaitu berpikir secara mendalam tentang sesuatu yang abstrak. Ketiga ukuran kebenaran filsafat, yaitu logis artinya ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar dan bila tidak logis berarti salah.

Aksiologi pengetahuan filsafat, artinya apa kegunaan filsafat itu ?, yaitu dengan melihat filsafat sebagai sekumpulan teori filsafat, fislafat sebagai metode pemecahan masalah dan filsafat sebagai pandangan hidup. Kegunaan filsafat yang lain adalah sebagai methodology, maksudnya sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan sebagai metode dalam memandang dunia (world view).

Dalam kaitannya dengan pendidikan, filsafat memiliki makna sebagai pemikiran yang rasional, mendalam, sistematis, universal dan spekulatif tentang pendidikan. Karena pendidikan adalah memanusiakan manusia artinya membantu manusia menjadi manusia, maka secara garis besarnya filsafat pendidikan meliputi pemikiran mengenai bagaimana terhadap manusia, hubungannya dengan lingkungan, potensi yang dimilikinya, kemunginan-kemungkinann untuk dididik dan sebagainya.
Hubungan fungsional filsafat dengan teori pendidikan diantaranya :
  1. Filsafat dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
  2. Filsafat memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat. Artinya mengarahkan teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
  3. Filsafat mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu atau paedagogik.
Ada beberapa contoh persoalan kependidikan yang memerlukan analisa filsafat, antara lain :
1. Apakah hakikat pendidikan.
2. Apakah pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia
3. Apa tujuan pendidikan yang sebenarnya
4. Siapakah hakikatnya yang bertanggungjawab terhadap pendidikan dan sampai dimana tanggungjawab tersebut.
5. Apakah hakikat pribadi manusia
6. Apakah hakikat masyarakat dan bagaimana kedudukan individu dalam masyarakat
7. Bagaimana isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal
8. Bagaimana metode pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal
9. Bagaimana asas penyelenggaraann pendidikan yang baik.

Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu :
  1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
  2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar